Karena sudah janji untuk membahas bagaimana cara mengantisipasi kasus seperti ini, jadi (walaupun yang baca mungkin juga gak banyak) saya tetap akan bahas. Semoga bermanfaat.
Karena ini masih masuk dalam ranah salah satu pilar literasi digital yaitu keamanan digital, maka lagi-lagi saya harus menekankan dulu hal berikut :
Tidak ada keamanan 100% dalam dunia maya. Yang bisa kita lakukan hanyalah pengamanan berlapis sebagai bentuk pencegahan. Nah itupun masih bisa jebol kalau sial, tapi ada satu pengobatan yang dapat digunakan kalau memang terkena kasus cyber crime, yaitu : ETIKA DIGITAL. (Nanti saya jelaskan kenapa etika digital itu obat).
Karena tidak ada 100% keamanan di dunia maya, bisa diasumsikan bila hampir semua pengguna internet ini PASTI PERNAH MENGALAMI kasus cyber crime, dari yang ringan misalnya percobaan peretasan akun, sampai yang terberat misalnya love scam.
Nah prinsip di atas harus paham dulu ya, baru kita bisa bersikap tidak berlebihan dalam akses di dunia maya. Sikap berlebihan itu bisa paranoid atau bisa juga terlalu cuek (mungkin karena prinsip memang tidak ada yang aman di manapun, jadi ya pasrah aja gitu hehehe…) , satu lagi sikap terlalu panik kalau ternyata kasus tersebut terjadi pada dirinya. Panik yang berlebihan memang tidak perlu karena ya itu tadi, hampir 99,99% pengguna internet itu mengalami percobaan kasus cyber crime.
Nah uniknya lagiiii, sebenarnya kasus ini juga tidak murni kasus cyber crime. Saya malah tidak bisa membahas pencegahannya secara ranah digital, karena apa? Karena kasus ini penyebabnya justru bukan karena kegiatan digital, tapi hasil kejahatannya yang menggunakan aplikasi digital. Foto yang digunakan pun adalah foto yang diambil pelaku sendiri (bukan download dari medsos saja) dan pelaku mengedit dengan aplikasi AI. Jadi kegiatan diam-diam di dunia nyata yang imbasnya jadi file digital yang disebar di dunia maya.
Pencegahan model seperti ini justru dari ranah parenting. Seperti yang disebutkan dalam berita media, pelaku ini memang sudah jelas-jelas punya gangguan mental karena bisa melakukan hal di luar normal etika secara berulang dan tidak merasa salah. Kelakuan ini juga sudah dilakoni cukup lama, mungkin sebelum ada era AI yang mempermudahpun dia juga sudah bisa melakukannya dengan aplikasi editing. Jadi untuk mencegahnya : pantau prilaku digital anak sedari dini, pola asuh, komunikasi supaya anak jangan jadi sakit mental dan mengganggu orang dengan keahliannya. Pelaku adalah orang yang smart pastinya, tapi sakit, makanya jadi penjahat.
Namun, ada yang bisa saya sarankan dari kasus yang mirip yaitu editing wajah & badan tapi penyebabnya dari ranah digital. Misalnya kalau ada orang yang dari dunia maya dan men-download foto kita untuk dibuat editing yang sembrono dan disebar dengan tidak bertanggung jawab :
- Selalu pantau siapa friendlist dan followers Anda. Jangan mentang-mentang pengen dapat follower banyak, jadi tidak mem-filter lagi follower yang ada. TETAP ya kudu sidak sekali-sekali dan banned follower yang tidak jelas fotonya, profilnya. Banyak akun yang diretas dari teman dunia maya yang tidak dikenal, termasuk pengambilan foto profile.
- Penggunaan foto profil yang diambil memang tidak bisa dicegah, kadang kita juga dituntut untuk menampilkan foto asli untuk alasan profesionalisme. Tapi kalau untuk akun non profesional, sangat boleh menggunakan avatar sebagai foto profil. Fungsi Avatar itu memang supaya orang tidak perlu tahu wajah asli kita. Kalaupun perlu tampilkan foto, ya kasih watermark kalau mau repot, atau tampilkan dalam posisi yang kalau di-edit juga sulit untuk dibuat sesuai asli.
- Foto-foto yang diposting bisa diberi watermark. Sebenarnya mau posting foto bebas saja tapi pastikan foto itu juga kalau dicuri atau diutak-atik tidak terlalu berdampak besar terhadap keamanan data.
- Akun yang sudah tidak aktif tapi banyak tulisan, posting, foto lebih baik ditutup karena itu analoginya sama seperti anda punya rumah tapi kosong dan masih ada harta karun, PASTI ngundang maling untuk masuk.
- Gunakan double password atau Two Factor Authentication.
Orang tahu alamat rumah kita itu wajar, tapi yang penting orang tidak bisa masuk rumah kita. Kalaupun dia bisa masuk pintu pagar, tetap masih ada kunci di pintu utama, bahkan pintu kamar. Jadi gunakan pengamanan berlapis agar ketika ada pencuri coba masuk gerbang, masih tercegah dengan password kedua yang sulit untuk diretas. Kasus akun dengan 2FA 99,9999% aman, 0,0000001-nya itu bisa terjadi bila ada kelalaian yang dari Anda sendiri yang memberikan aksesnya ke orang lain sukarela hehehehe… - Gunakanlah medsos dengan penuh etika demi jejak digital yang baik. Percayalah ETIKA itu akan jadi senjata dan obat terkuat di dunia maya. Semakin reseh di dunia maya, musuhnya juga banyak, dan masa depanpun akan jadi musuh Anda.
Nah sekarang saya bahas dari segi pengobatan bila kasus yang merusak nama baik ini terjadi. Ini adalah pendapat saya sendiri ya dan juga bukan 100% ranah digital. Bila ternyata jadi korban :
- Ingat ini bukan kesalahan Anda ketika orang mengambil foto Anda dan mengedit-nya. Setiap orang berhak posting apapun yang baik termasuk foto yang baik, setiap orang juga tidak pernah tahu kalau ada yang candid menangkap wajah kita dalam kamera. Jadi jangan merasa mempermalukan diri sendiri, no… Anda hanyalah korban dari orang gila, jadi tidak perlu merasa Anda mempermalukan diri Anda.
- Foto yang diedit adalah bukan foto badan Anda, jadi juga tidak perlu merasa foto editan itu mempermalukan Anda.
- Bahkan kalaupun ada kasus foto pribadi Anda kategori 18++ yang sebenarnya koleksi Anda pribadi tersebar karena ancaman ingatlah itu juga bukan hal yang patut membuat Anda malu. Kasarnya maaf itu cuman foto kok, ya foto saya sendiri, koleksi untuk saya lihat punya sendiri, dan cuman badan doang kok…. Orang normal tidak akan menganggap foto koleksi pribadi orang yang bocor sebagai foto yang patut dijadikan bercandaan.
- Nah terakhir, kalau Anda selama ini hidup dengan etika digital yang baik, ketika ada kasus begini, orang lain akan paham reputasi Anda adalah manusia terhormat. Etika jejak digital yang baik adalah obat yang paling ampuh untuk mengembalikan nama baik. Demikian pula bila ternyata foto Anda digunakan untuk penipuan, maka orang yang mengenal Anda punya etika digital yang baik akan langsung paham bila akun Anda diretas dan yang menipu bukanlah Anda.
- Ini hanya menekankan kembali prinsip : ingat, semua orang bisa kena sial cyber crime, tapi tidak perlu panik, parno. Makin panik makin parah akibatnya. Semua adalah wajar. Fokus pada tuntutan hukum yang bisa diproses bukan fokus perasaan paniknya atau merasa bodoh dan merasa bersalahnya. Akan menjadi tidak wajar kalau Anda orangnya lalai, tidak mau belajar teknologi agar tahu seluk beluk cyber crime yang mengancam, dan tidak beretika.
Untuk para netizen yang dekat dengan korban seperti ini ada yang bisa juga dilakukan :
- Support memberikan dukungan moral karena kalianlah saksi bisa si korban tidak bersalah.
- Support memberi akses lembaga bantuan profesional yang dapat mengembalikan kepercayaan diri korban.
- Dampingi korban dan tetap ingatkan bila ini bukan sama sekali kesalahannya.
Semoga bermanfaat. Selebihnya yang detail tentang digital safety saya sertakan artikel digital safety dari PART 1 sampai PART 4.
Part 1
https://www.facebook.com/share/p/Zs6L3MvSWnFqQ7JA/?mibextid=xfxF2i
Part 2
https://www.facebook.com/share/p/nAodZSsMGK5sqfM1/?mibextid=xfxF2i
Part 3
https://www.facebook.com/share/p/qfinUG48CWsWbALJ/?mibextid=xfxF2i


Leave a comment